Rabu, 07 Mei 2014

THE HUNGER GAMES: CATCHING FIRE



 
When the first movie rolled around, I was happy with the casting and effects to the core of what our beloved story of The Girl Who Was on Fire is truly about. Given my previous experience, I showing of The Hunger Games: Catching Fire last night with high expectations. I heard rumors that this adaptation was more loyal to the book, and then I was sure that this movie is amazing.
The characters, the districts and the arena all immensely improved from the franchise's opening. It was much more focused on the twisted ways of the Capitol and the brewing rebellion than the love triangle the first film seemed to revolve around.
After Hunger Games, I wasn't sold on Jennifer Lawrence and Josh Hutcherson as District 12's tributes, Katniss and Peeta, but after their performances in Catching Fire, I could not be more pleased with the casting of these movies. Lawrence's portrayal of Katniss was poignant and believable. Hutcherson's Peeta earned your sympathy, yet his strength was not lost in excessive pity. The new additions like Plutarch, Finnick and Johanna also did not disappoint in the slightest.
Another perfect thing about Catching Fire was the pacing. The victory tour, the preparations for the games and the time in the arena each had enough time to cover the important events, while nothing dragged on too long. The tributes' time in the arena kept you on the edge of your seat. Suspense and anticipation buzzed in the theater; my friends and I left with an adrenaline rush because of it.
The closing scene not only concluded the movie in a spectacular way, with amazing acting by actor/actress, but also set up the start of the next film, which we'll all be waiting for impatiently. I will definitely be going to see Catching Fire again.

I like Katniss because she is slender with black hair, grey eyes and pretty. She is often quiet and is generally liked by District 12's residents, mostly because of her ability to provide highly-prized game for a community in which starvation is a constant threat. Katniss is an excellent hunter, archer, gatherer, and trapper, skilled just like her deceased father. She and her father shared singing ability, too. Since his death in a mine explosion, which killed Gale's father too, Katniss has been the sole provider for her family, a role she was reluctantly forced to assume at the age of eleven when her mother's grief overcame her ability to function.

Veronica Intan Dwi C.M
             27211263
               3EB01


What Will I Do After Graduate From Gunadarma University?



 
Kuliah adalah suatu proses menuju keberhasilan. Dengan begitu ilmu yang kita dapat selama kuliah menjadi modal utama untuk menentukan seseorang menjadi apa kedepannya. Seperti kebanyakan orang, saya menjadi salah satu orang yang beruntung dapat menikmati bangku perkuliahan, dengan harapan lulus tepat waktu dan mempunyai nilai yang bagus. ketika lulus kuliah kita punya tanggung jawab untuk mempertaruhkan dan mengaplikasikan apa yang seharusnya kita dapatkan pada bangku kuliah, setidaknya dapat berguna bagi masyarakat ramai
     Setelah lulus kuliah, kita akan dipertemukan dengan beberapa pilihan antara bekerja, berwirausaha, atau menjadi ibu rumah tangga. Saya sendiri memilih untuk bekerja.  saya hanya ingin mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang saya akuntansi yaitu sebagai akuntan di perusahaan asing yang berada di Indonesia maupun di luar indonesia. Dan jika keinginan saya itu tidak terwujud saya akan bekerja menjadi pegawai negeri sipil saja karena itu adalah pekerjaan yang menjamin untuk masa muda bahkan untuk hari tua.
            Which path or combination of paths you choose will obviously depend on many factors, such as how much work experience you have already, whether you have clear longer term career plans and whether you feel you need a break before jumping into the job market. Let's achive your dream!
           


Veronica Intan Dwi Christanti Mada
27211263
3EB01

Why English Is Important For Your Majors?




Belajar bahasa inggris
Kita sudah tak asing lagi dengan bahasa inggris. Hampir seluruh jenjang pendidikan mempelajari bahasa inggris. Mulai dari Tk, SD, SMP, SMA bahkan ketika anda masuk dalam perkuliahan, bahasa inggris tetap dipelajari. Bahasa inggris adalah bahasa internasional yang menyatukan antar negara. Dengan ditetapkannya bahasa internasional ini, masyarakat dunia dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kesatuan ini.
Pemerintah Indonesia sendiri menyarankan kepada setiap jenjang pendidikan mengajarkan bahasa inggris. Semua itu didukung melalui kurikulum yang mewajibkan bahasa inggris masuk kedalam salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Selain itu, pemerintah juga dengan intens melakukan hubungan bilateral dengan negara-negara lain agar para siswa-siswa Indonesia dapat menimbah ilmu di luar negeri. Sehingga, mau-tidakmau kita harus belajar bahasa inggris agar dapat mengenal lebih jauh isi dari dunia ini.

Tujuan mempelajari bahasa inggris untuk jurusan saya?
Seperti yang dijelaskan diatas pentingnya kita belajar bahasa inggris. Tidak dipungkiri juga, jurusan akuntansi sangat memerlukan pembelajaran bahasa inggris yang lebih dalam. Pada saat mempelajari suatu materi akuntansi, tidak jarang kita menemui istilah-istilah yang menggunakan bahasa inggris. Baik itu dalam bentuk rumus, bahkan tak jarang sumber-sumber pengajaran juga menggunakan bahasa inggris, sehingga mengharuskan kita untuk mengubahnya kedalam bahasa Indonesia untuk lebih mudah memahaminya.
Dalam menyusun skripsi ataupun PI, sumber yang digunakan kebanyakan menggunakan bahasa inggris. Bila kita tidak mampu memahami bahasa tersebut, berarti kita juga tidak mampu memahami isi dari materi tersebut. Dan juga akan memperlambat proses pengerjaan skripsi atau PI yang kita kerjakan.
Setelah lulus kuliah dan melanjutkan pekerjaan pada suatu perusahaan, bahasa inggris bahkan menjadi suatu hal yang biasa dikalangan para karyawan atau staff perusahaan. Hampir 90% pekerjaan di perusahaan menggunakan bahasa inggris. Lain pula apabila perusahaan tersebut merupakan milik dari negara asing, kita harus fasih berbahasa inggris agar dapat menjalin komunikasi kepada atasan kita. Bahkan sebelum masuk perusahaan, mereka akan mengajukan syarat kemampuan berbahasa inggris anda dengan melihat hasil TOEFL yang anda miliki. Syarat tersebut bisa sangat berpengaruh terhadap peluang anda masuk ke perusahaan tersebut atau tidak. Tergantung dari perusahaan yang anda lamar.
So, the English language is very important to be learned by everyone, including the accounting students. Learn from now, because it's never too late for people who have the will and earnest to learn.



Veronica Intan Dwi Christanti Mada
27211263
3EB01

Kamis, 30 Januari 2014

Siapakah Aku?



Hai perkenalkan nama panjang saya Veronica Intan Dwi Christanti Mada. Wah panjang kan? Teman-teman saya sering bilang bahwa nama saya seperti gerbong kereta api hahaha. Karena saya berasal dari keluarga Katolik jadi saya diberi nama Baptis yaitu Veronica. Intan adalah nama yang diberikan oleh nenek saya yang artinya berkilau seperti permata. Kalau Dwi pasti tau dong artinya yaitu dua, ya saya memang anak kedua dari 3 bersaudara. Christanti merupakan gabungan dari Chris dan Tanti, Chris merupakan penanda bahwa saya orang Christiani dan Tanti merupakan nama penyanyi top di masa itu yaitu Tanti Yosefa. Dan yang terakhir merupakan nama marga saya yaitu Mada. Saya merupakan anak yang periang, sulit mengambil keputusan, bertanggung jawab namun mudah putus asa.

Status saya sekarang sebagai mahasiswa akuntansi semester 5 di Universitas Gunadarma. Nama panggilan saya Vero tetapi dari dulu nama panggilan saya selalu berubah-ubah. Di rumah saya dipanggil mbak Tanti. Mengapa mbak? Karena saya berasal dari keturunan Jawa campur Flores tetapi keluarga saya masih kental unsur Jawanya. Kemudian semenjak smp nama panggilan saya berubah mulai dari Papero, Peyo, Plo, Pelang –katanya sih Pero Petualang, duh ada ada aja–. Itu semua merupakan julukan yang diberikan oleh teman teman saya.

Dulu saya bukan anak yang mandiri. Sejak kecil saya diasuh oleh pembantu karena kedua orangtua bekerja. Mulai dari makan, memakai pakaian, mandi dan bahkan hampir semua pekerjaan dilakukan oleh pembantu. Orangtua saya pun tidak pernah memaksa untuk harus melakukan segala sesuatunya sendiri. Mereka selalu mengatakan tugas saya hanyalah belajar dengan giat agar mencapai kesuksesan. Hal inilah yang membuat saya harus bergantung pada orang lain dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Saya lahir di Dili pada tanggal 7 Juni 1994. Pasti pada heran kan saya pernah lahir di daerah yang sekarang sudah terpisah dari Indonesia. Yap.. saya memang lahir disana dan pernah merasakan ketika sedang terjadi perang jajak pendapat. Kebetulan kedua orang tua saya ditugaskan sebagai PNS di Dili. Ketika terjadi peperangan pada tahun 1999, kami sekeluarga langsung dipindahkan ke Jakarta karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami segera mengemasi barang-barang yang dapat dibawa. Hanya beberapa potong pakaian dan surat-surat berharga. Rumah, perkebunan, motor, dan barang-barang lainnya ditinggalkan begitu saja.

Seiring berjalannya waktu kami mulai menata kehidupan kembali. Mulai dari mengontrak di rumah susun di daerah Benhil, kemudian membeli rumah di kawasan Depok yang sekarang kami tinggali ini. Saya mulai menempuh pendidikan pertama kali di TK Ratu Damai, Dili. Kemudian pindah ke TK Perwalan Pejompongan. Setelah itu lanjut ke SDN 01 Pagi Benhil dan pada kelas 4 SD saya pindah ke SDN Depok Jaya 1 karena rumah saya pindah ke Depok. Mulai SD saya mempunyai sahabat akrab, ya bisa dikatakan geng. Kami mempunyai nama “Pelangi”. Kemudian setelah lulus SD saya melanjutkan ke SMPN 9 Depok, kebetulan jaraknya lumayan dekat dari rumah. Di SMP saya mempunyai teman akrab yang biasa disebut “Cerinis” (Ceria dan Manis) dan “R-Peace” yang artinya Ratu Kebaikan. Sampai sekarang saya masih berkomunikasi dengan mereka loh. SMAN 5 Depok merupakan SMA saya. Di SMA saya juga mempunyai teman akrab yang bernama CCF. Ketika duduk di bangku SMA, banyak sekali pengalaman berharga yang dapat saya petik. Ketika saya ada masalah pasti saya ceritakan ke teman akrab saya, kami saling berbagi. Walaupun kami mempunyai teman akrab bukan berarti kami tidak berbaur dengan yang lainnya lho. Walaupun begitu saya berteman dengan siapa saja, asalkan orang itu baik dan dapat membawa perubahan yang lebih baik di hidup saya.

Sekarang saya berada di bangku kuliah. Awalnya saya sempat daftar di berbagai perguruan tinngi negeri tetapi Tuhan berkehendak lain bahwa rejeki saya bukan di tempat itu. Jurusan akuntansi adalah pilihan terakhir saya. Disini, saya benar-benar merasa berbeda jalur dengan jurusan yang saya inginkan. Karena awalnya saya berasal dari IPA. Namun saya tetap menjalaninya. Dan akhirnya saya bisa mendapat IPK terbaik dan saya masuk kelas yang bisa dikategorikan kelasnya ”anak-anak pintar”. Awalnya saya takut, takut tidak bisa mengikuti pelajaran karena saya tidak mempunyai basic di bidang itu. Tetapi makin lama saya belajar, ternyata ilmu akuntansi itu seru juga. Bahkan Puji Tuhan sekarang saya dipercayakan sebagai asisten lab di Laboratorium Akuntansi Menengah. Saya merasa puas dan senang bisa mengisi waktu kosong saya dengan hal yang bermanfaat. Bahkan saya akhirnya bisa menghasilkan uang dengan kerja keras sendiri.

Motivasi hidup saya adalah kedua orangtua saya. Bekerja keras dan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pekerjaan. Mereka selalu mengajarkan saya bagaimana hidup sehat, rajin dan tidak boros. Hidup seperti roda berputar, terkadang dibawah dan kadang pula diatas. Jika sedang berada dibawah jalanilah dengan iklas dan tetap mengucap syukur karena rencana Tuhan akan indah pada waktu-Nya. Dan ketika berada diatas tetaplah menjadi orang yang rendah hati.

Rabu, 27 November 2013

Anak Genius Putus Sekolah




Ketika saya melihat berita di TV dalam acara Seputar Indonesia, saya sangat terkejut dengan berita yang di tayangkan tersebut. Berita itu tentang seorang anak yang putus sekolah karena tingkat kecerdasannya melebihi anak-anak sebayanya. Anak itu bernama Muhammad Rizki Ramadan yang biasa disapa Rizki. Ia tinggal di Jorong Lurah Surau Baranjuang, Kenagarian Kubuang Putiah, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Rizki hanya diberi kesempatan mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 27 Cangkiang Kecamatan Ampek Angkek, Agam selama enam bulan. Kecerdasan Rizki memang di atas rata-rata anak seusianya. Di usianya yang ketujuh tahun, dia sudah fasih berbahasa asing, seperti Inggris, Malaysia, India dan Mandarin. Rizki akhirnya dikeluarkan dari sekolah karena mengganggu proses belajar mengajar. Guru-gurunya kewalahan dengan kecerdasannya yang melebihi teman-teman sekelasnya. Rizki tidak mau mata pelajaran yang dijelaskan oleh guru diulang ulang, sebab baginya satu kali saja dikatakan guru sudah melekat dalam fikirannya, kalau ada yang diulang, secara spontan Rizki mengatakan teman temannya bodoh. Menurut cerita dari orangtua Rizki, ketika Ujian kelas dilakukan, Guru memberikan soal hanya 10 buah, Rizki malah menambah 5 soal lagi. Ia sering dipukul teman temannya, karena mengatakan teman temannya bodoh.

Rizki merupakan putra bungsu dari pasangan Mayunis dan Armadanis. Semenjak umur dua tahun kecerdasan Rizki sudah menonjol. Ia tampak berbeda dengan anak lainnya yang lebih suka bermain. Rizki lebih suka membaca buku, melihat berita, politik dan bola. Saat ia mulai pandai bicara, langsung pandai berbicara tanpa diajarkan. Sekilas saja menonton televisi langsung mengerti. Ia sangat tidak suka menonton film.

Semenjak Rizki diberhentikan dari Sekolahnya di SD Negeri 27 Cangkiang, membuat orangtuanya terpukul, sebab anak seusia Rizki masih membutuhkan pendidikan, sekalipun dia mengidap Penyakit Hyper aktif. Orang tua Rizki hanya bisa pasrah dan merasa tidak sanggup untuk membiayai sekolah anaknya. Saya berharap adanya ketulusan donator untuk menyekolahkan Rizki. Sebab dengan uluran tangan donatur ataupun Pemerintah, Rizki bisa bersekolah lagi. Menurut saya hyper aktif yang dimiliki Rizki rasanya tidak menjadi penghalang bagi Rizki untuk mendapatkan pendidikan. Kalau kita tidak membantu, siapa lagi yang akan membantu? Apakah mau asset Negara dan kekayaan SDM kita diambil lagi oleh orang asing?  Seharusnya Pemda setempat dan pemerintah mau memperjuangkan nasib Rizki. Dengan segera turun tangan memberi solusi yang terbaik untuk anak ini. Bukan tidak mungkin suatu saat kelak, nama Muhammad Rizki Ramadan akan menjadi salah satu putra terbaik bangsa yang mengharumkan nama Indonesia.

Ke-Hyper aktif Rezki cukup positif dan bisa dibina kearah yang lebih positif dan ilmu yang dimilikinya nanti mungkin dapat menyamai BJ Habibi. Sungguh sangat disayangkan, jika anugerah yang ada pada Rizki tidak dikembangkan. Ini salah satu aset bangsa yang berharga. SDM yang potensial dan harus dioptimalkan.



Terinspirasi dari:

http://www.ranahberita.com/news.php?id_news=1671/Berita/view/Kisah-Bocah-Jenius-dari-Agam,-Sulit-Sekolah-karena-Terlalu-Cerdas#.UpX2ypJwK5I