Senin, 28 Oktober 2013

Penalaran Deduktif

Dasar penalaran logika dibagi menjadi dua jenis yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Kali ini saya akan membahas tentang penalaran deduktif.

Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.

Jenis-jenis Penalaran Deduktif:

1. SILOGISME
        Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme merupakan jenis deduksi yang banyak digunakan jika seseorang menyusun suatu argumentasi.

Dalam silogisme terdapat dua premis dan satu simpulan. Premis merupakan pernyataan yang dijadikan dasar untuk menarik simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (premis mayor) dan premis khusus (premis minor).

Premis umum (PU) : berisi pernyataan yang menyatakan semua anggota kelompok atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat atau ciri tertentu.                                             
Premis Khusus (PK) : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok atau kumpulan sesuatu itu
Simpulan (S) : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu.

Jika ketentuan-ketentuan di atas dibuat rumus akan menjadi:
PU       : Semua A = B
PK       : C = A
S          : C = B

Silogisme terbagi menjadi silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif.
a) Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi    kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Contoh :
PU : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma mengikuti Seminar
PK : Intan adalah mahasiswa Universitas Gunadarma
S : Intan mengikuti Seminar
Kaidah silogisme Kategorial:
  1. Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis umum, premis khusus, dan konklusi.
  2. Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term umum (term predikat dari simpulan), term khusus (term subyek dari simpulan), dan term tengah (menghubungkan premis umum dan premis khusus)
  3. Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
  4. Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
  5. Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah : Jika P, maka Q
Contoh:
PU : Jika musim kemarau, tanaman akan layu.
PK : Sekarang musim kemarau.
S : Tanaman akan layu.
c) Silogisme Disjungtif atau Silogisme Alternatif

Silogisme ini dinamakan Silogisme alternatif, karena:
  • Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
  • Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
  • Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.


Contoh :
PU  : Garnett berada di Bandung atau Depok
PK   : Garnett berada di Bandung
S      : Sebab itu, Garnett tidak berada di Depok.
2. ENTIMEM
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Entimen tidak perlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
Rumus entimem : C = B, Karena C = A

Contoh :
PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lita ingin sukses
K : Lita harus belajar dan berdoa

Contoh di bawah ini adalah silogisme yang dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan menjadi silogisme. Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen   juga dapat dijadikan silogisme.

Silogisme :
PU       : Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK       : Ali pegawai yang baik.
S          : Ali tidak mau menerima suap.

Entimem :
Ali tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C         = Ali ;ia
B         = tidak mau menerima suap
A         = pegawai yang baik
C = B, karena C = A


 Veronica Intan Dwi Christanti Mada
227211263/ 3EB01
Bahasa Indonesia 2