Kamis, 30 Januari 2014

Siapakah Aku?



Hai perkenalkan nama panjang saya Veronica Intan Dwi Christanti Mada. Wah panjang kan? Teman-teman saya sering bilang bahwa nama saya seperti gerbong kereta api hahaha. Karena saya berasal dari keluarga Katolik jadi saya diberi nama Baptis yaitu Veronica. Intan adalah nama yang diberikan oleh nenek saya yang artinya berkilau seperti permata. Kalau Dwi pasti tau dong artinya yaitu dua, ya saya memang anak kedua dari 3 bersaudara. Christanti merupakan gabungan dari Chris dan Tanti, Chris merupakan penanda bahwa saya orang Christiani dan Tanti merupakan nama penyanyi top di masa itu yaitu Tanti Yosefa. Dan yang terakhir merupakan nama marga saya yaitu Mada. Saya merupakan anak yang periang, sulit mengambil keputusan, bertanggung jawab namun mudah putus asa.

Status saya sekarang sebagai mahasiswa akuntansi semester 5 di Universitas Gunadarma. Nama panggilan saya Vero tetapi dari dulu nama panggilan saya selalu berubah-ubah. Di rumah saya dipanggil mbak Tanti. Mengapa mbak? Karena saya berasal dari keturunan Jawa campur Flores tetapi keluarga saya masih kental unsur Jawanya. Kemudian semenjak smp nama panggilan saya berubah mulai dari Papero, Peyo, Plo, Pelang –katanya sih Pero Petualang, duh ada ada aja–. Itu semua merupakan julukan yang diberikan oleh teman teman saya.

Dulu saya bukan anak yang mandiri. Sejak kecil saya diasuh oleh pembantu karena kedua orangtua bekerja. Mulai dari makan, memakai pakaian, mandi dan bahkan hampir semua pekerjaan dilakukan oleh pembantu. Orangtua saya pun tidak pernah memaksa untuk harus melakukan segala sesuatunya sendiri. Mereka selalu mengatakan tugas saya hanyalah belajar dengan giat agar mencapai kesuksesan. Hal inilah yang membuat saya harus bergantung pada orang lain dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Saya lahir di Dili pada tanggal 7 Juni 1994. Pasti pada heran kan saya pernah lahir di daerah yang sekarang sudah terpisah dari Indonesia. Yap.. saya memang lahir disana dan pernah merasakan ketika sedang terjadi perang jajak pendapat. Kebetulan kedua orang tua saya ditugaskan sebagai PNS di Dili. Ketika terjadi peperangan pada tahun 1999, kami sekeluarga langsung dipindahkan ke Jakarta karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami segera mengemasi barang-barang yang dapat dibawa. Hanya beberapa potong pakaian dan surat-surat berharga. Rumah, perkebunan, motor, dan barang-barang lainnya ditinggalkan begitu saja.

Seiring berjalannya waktu kami mulai menata kehidupan kembali. Mulai dari mengontrak di rumah susun di daerah Benhil, kemudian membeli rumah di kawasan Depok yang sekarang kami tinggali ini. Saya mulai menempuh pendidikan pertama kali di TK Ratu Damai, Dili. Kemudian pindah ke TK Perwalan Pejompongan. Setelah itu lanjut ke SDN 01 Pagi Benhil dan pada kelas 4 SD saya pindah ke SDN Depok Jaya 1 karena rumah saya pindah ke Depok. Mulai SD saya mempunyai sahabat akrab, ya bisa dikatakan geng. Kami mempunyai nama “Pelangi”. Kemudian setelah lulus SD saya melanjutkan ke SMPN 9 Depok, kebetulan jaraknya lumayan dekat dari rumah. Di SMP saya mempunyai teman akrab yang biasa disebut “Cerinis” (Ceria dan Manis) dan “R-Peace” yang artinya Ratu Kebaikan. Sampai sekarang saya masih berkomunikasi dengan mereka loh. SMAN 5 Depok merupakan SMA saya. Di SMA saya juga mempunyai teman akrab yang bernama CCF. Ketika duduk di bangku SMA, banyak sekali pengalaman berharga yang dapat saya petik. Ketika saya ada masalah pasti saya ceritakan ke teman akrab saya, kami saling berbagi. Walaupun kami mempunyai teman akrab bukan berarti kami tidak berbaur dengan yang lainnya lho. Walaupun begitu saya berteman dengan siapa saja, asalkan orang itu baik dan dapat membawa perubahan yang lebih baik di hidup saya.

Sekarang saya berada di bangku kuliah. Awalnya saya sempat daftar di berbagai perguruan tinngi negeri tetapi Tuhan berkehendak lain bahwa rejeki saya bukan di tempat itu. Jurusan akuntansi adalah pilihan terakhir saya. Disini, saya benar-benar merasa berbeda jalur dengan jurusan yang saya inginkan. Karena awalnya saya berasal dari IPA. Namun saya tetap menjalaninya. Dan akhirnya saya bisa mendapat IPK terbaik dan saya masuk kelas yang bisa dikategorikan kelasnya ”anak-anak pintar”. Awalnya saya takut, takut tidak bisa mengikuti pelajaran karena saya tidak mempunyai basic di bidang itu. Tetapi makin lama saya belajar, ternyata ilmu akuntansi itu seru juga. Bahkan Puji Tuhan sekarang saya dipercayakan sebagai asisten lab di Laboratorium Akuntansi Menengah. Saya merasa puas dan senang bisa mengisi waktu kosong saya dengan hal yang bermanfaat. Bahkan saya akhirnya bisa menghasilkan uang dengan kerja keras sendiri.

Motivasi hidup saya adalah kedua orangtua saya. Bekerja keras dan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pekerjaan. Mereka selalu mengajarkan saya bagaimana hidup sehat, rajin dan tidak boros. Hidup seperti roda berputar, terkadang dibawah dan kadang pula diatas. Jika sedang berada dibawah jalanilah dengan iklas dan tetap mengucap syukur karena rencana Tuhan akan indah pada waktu-Nya. Dan ketika berada diatas tetaplah menjadi orang yang rendah hati.