Ketika
saya melihat berita di TV dalam acara Seputar
Indonesia, saya sangat terkejut dengan berita yang di tayangkan tersebut. Berita
itu tentang seorang anak yang putus sekolah karena tingkat kecerdasannya
melebihi anak-anak sebayanya. Anak itu bernama Muhammad Rizki Ramadan yang
biasa disapa Rizki. Ia tinggal di Jorong Lurah Surau Baranjuang, Kenagarian
Kubuang Putiah, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Rizki
hanya diberi kesempatan mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 27
Cangkiang Kecamatan Ampek Angkek, Agam selama enam bulan. Kecerdasan Rizki
memang di atas rata-rata anak seusianya. Di usianya yang ketujuh tahun, dia
sudah fasih berbahasa asing, seperti Inggris, Malaysia, India dan Mandarin. Rizki
akhirnya dikeluarkan dari sekolah karena mengganggu proses belajar mengajar. Guru-gurunya
kewalahan dengan kecerdasannya yang melebihi teman-teman sekelasnya. Rizki
tidak mau mata pelajaran yang dijelaskan oleh guru diulang ulang, sebab baginya
satu kali saja dikatakan guru sudah melekat dalam fikirannya, kalau ada yang
diulang, secara spontan Rizki mengatakan teman temannya bodoh. Menurut cerita
dari orangtua Rizki, ketika Ujian kelas dilakukan, Guru memberikan soal hanya
10 buah, Rizki malah menambah 5 soal lagi. Ia sering dipukul teman temannya, karena
mengatakan teman temannya bodoh.
Rizki
merupakan putra bungsu dari pasangan Mayunis dan Armadanis. Semenjak umur dua
tahun kecerdasan Rizki sudah menonjol. Ia tampak berbeda dengan anak lainnya
yang lebih suka bermain. Rizki lebih suka membaca buku, melihat berita, politik
dan bola. Saat ia mulai pandai bicara, langsung pandai berbicara tanpa
diajarkan. Sekilas saja menonton televisi langsung mengerti. Ia sangat tidak
suka menonton film.
Semenjak
Rizki diberhentikan dari Sekolahnya di SD Negeri 27 Cangkiang, membuat
orangtuanya terpukul, sebab anak seusia Rizki masih membutuhkan pendidikan, sekalipun
dia mengidap Penyakit Hyper aktif. Orang tua Rizki hanya bisa pasrah dan merasa
tidak sanggup untuk membiayai sekolah anaknya. Saya berharap adanya ketulusan
donator untuk menyekolahkan Rizki. Sebab dengan uluran tangan donatur ataupun
Pemerintah, Rizki bisa bersekolah lagi. Menurut saya hyper aktif yang dimiliki
Rizki rasanya tidak menjadi penghalang bagi Rizki untuk mendapatkan pendidikan.
Kalau kita tidak membantu, siapa lagi yang akan membantu? Apakah mau asset Negara
dan kekayaan SDM kita diambil lagi oleh orang asing? Seharusnya Pemda setempat dan pemerintah mau
memperjuangkan nasib Rizki. Dengan segera turun tangan memberi solusi yang
terbaik untuk anak ini. Bukan tidak mungkin suatu saat kelak, nama Muhammad
Rizki Ramadan akan menjadi salah satu putra terbaik bangsa yang mengharumkan
nama Indonesia.
Ke-Hyper
aktif Rezki cukup positif dan bisa dibina kearah yang lebih positif dan ilmu
yang dimilikinya nanti mungkin dapat menyamai BJ Habibi. Sungguh sangat
disayangkan, jika anugerah yang ada pada Rizki tidak dikembangkan. Ini salah
satu aset bangsa yang berharga. SDM yang potensial dan harus dioptimalkan.
Terinspirasi
dari:
http://www.ranahberita.com/news.php?id_news=1671/Berita/view/Kisah-Bocah-Jenius-dari-Agam,-Sulit-Sekolah-karena-Terlalu-Cerdas#.UpX2ypJwK5I