Hai
perkenalkan nama panjang saya Veronica Intan Dwi Christanti Mada. Wah panjang
kan? Teman-teman saya sering bilang bahwa nama saya seperti gerbong kereta api
hahaha. Karena saya berasal dari keluarga Katolik jadi saya diberi nama Baptis
yaitu Veronica. Intan adalah nama yang diberikan oleh nenek saya yang artinya
berkilau seperti permata. Kalau Dwi pasti tau dong artinya yaitu dua, ya saya
memang anak kedua dari 3 bersaudara. Christanti merupakan gabungan dari Chris
dan Tanti, Chris merupakan penanda bahwa saya orang Christiani dan Tanti
merupakan nama penyanyi top di masa itu yaitu Tanti Yosefa. Dan yang terakhir
merupakan nama marga saya yaitu Mada. Saya merupakan anak yang periang, sulit
mengambil keputusan, bertanggung jawab namun mudah putus asa.
Status
saya sekarang sebagai mahasiswa akuntansi semester 5 di Universitas Gunadarma.
Nama panggilan saya Vero tetapi dari dulu nama panggilan saya selalu
berubah-ubah. Di rumah saya dipanggil mbak Tanti. Mengapa mbak? Karena saya
berasal dari keturunan Jawa campur Flores tetapi keluarga saya masih kental
unsur Jawanya. Kemudian semenjak smp nama panggilan saya berubah mulai dari Papero,
Peyo, Plo, Pelang –katanya sih Pero Petualang, duh ada ada aja–. Itu semua
merupakan julukan yang diberikan oleh teman teman saya.
Dulu
saya bukan anak yang mandiri. Sejak kecil saya diasuh oleh pembantu karena
kedua orangtua bekerja. Mulai dari makan, memakai pakaian, mandi dan bahkan
hampir semua pekerjaan dilakukan oleh pembantu. Orangtua saya pun tidak pernah
memaksa untuk harus melakukan segala sesuatunya sendiri. Mereka selalu
mengatakan tugas saya hanyalah belajar dengan giat agar mencapai kesuksesan.
Hal inilah yang membuat saya harus bergantung pada orang lain dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Saya
lahir di Dili pada tanggal 7 Juni 1994. Pasti pada heran kan saya pernah lahir
di daerah yang sekarang sudah terpisah dari Indonesia. Yap.. saya memang lahir
disana dan pernah merasakan ketika sedang terjadi perang jajak pendapat.
Kebetulan kedua orang tua saya ditugaskan sebagai PNS di Dili. Ketika terjadi
peperangan pada tahun 1999, kami sekeluarga langsung dipindahkan ke Jakarta
karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami segera mengemasi
barang-barang yang dapat dibawa. Hanya beberapa potong pakaian dan surat-surat
berharga. Rumah, perkebunan, motor, dan barang-barang lainnya ditinggalkan
begitu saja.
Seiring
berjalannya waktu kami mulai menata kehidupan kembali. Mulai dari mengontrak di
rumah susun di daerah Benhil, kemudian membeli rumah di kawasan Depok yang
sekarang kami tinggali ini. Saya mulai menempuh pendidikan pertama kali di TK
Ratu Damai, Dili. Kemudian pindah ke TK Perwalan Pejompongan. Setelah itu
lanjut ke SDN 01 Pagi Benhil dan pada kelas 4 SD saya pindah ke SDN Depok Jaya
1 karena rumah saya pindah ke Depok. Mulai SD saya mempunyai sahabat akrab, ya
bisa dikatakan geng. Kami mempunyai nama “Pelangi”. Kemudian setelah lulus SD
saya melanjutkan ke SMPN 9 Depok, kebetulan jaraknya lumayan dekat dari rumah.
Di SMP saya mempunyai teman akrab yang biasa disebut “Cerinis” (Ceria dan
Manis) dan “R-Peace” yang artinya Ratu Kebaikan. Sampai sekarang saya masih
berkomunikasi dengan mereka loh. SMAN 5 Depok merupakan SMA saya. Di SMA saya
juga mempunyai teman akrab yang bernama CCF. Ketika duduk di bangku SMA, banyak
sekali pengalaman berharga yang dapat saya petik. Ketika saya ada masalah pasti
saya ceritakan ke teman akrab saya, kami saling berbagi. Walaupun kami
mempunyai teman akrab bukan berarti kami tidak berbaur dengan yang lainnya lho.
Walaupun begitu saya berteman dengan siapa saja, asalkan orang itu baik dan
dapat membawa perubahan yang lebih baik di hidup saya.
Sekarang
saya berada di bangku kuliah. Awalnya saya sempat daftar di berbagai perguruan
tinngi negeri tetapi Tuhan berkehendak lain bahwa rejeki saya bukan di tempat
itu. Jurusan akuntansi adalah pilihan terakhir saya. Disini, saya benar-benar
merasa berbeda jalur dengan jurusan yang saya inginkan. Karena awalnya saya
berasal dari IPA. Namun saya tetap menjalaninya. Dan akhirnya saya bisa
mendapat IPK terbaik dan saya masuk kelas yang bisa dikategorikan kelasnya ”anak-anak
pintar”. Awalnya saya takut, takut tidak bisa mengikuti pelajaran karena saya
tidak mempunyai basic di bidang itu. Tetapi makin lama saya belajar, ternyata ilmu
akuntansi itu seru juga. Bahkan Puji Tuhan sekarang saya dipercayakan sebagai
asisten lab di Laboratorium Akuntansi Menengah. Saya merasa puas dan senang
bisa mengisi waktu kosong saya dengan hal yang bermanfaat. Bahkan saya akhirnya
bisa menghasilkan uang dengan kerja keras sendiri.
Motivasi
hidup saya adalah kedua orangtua saya. Bekerja keras dan selalu mengandalkan
Tuhan dalam setiap pekerjaan. Mereka selalu mengajarkan saya bagaimana hidup
sehat, rajin dan tidak boros. Hidup seperti roda berputar, terkadang dibawah
dan kadang pula diatas. Jika sedang berada dibawah jalanilah dengan iklas dan
tetap mengucap syukur karena rencana Tuhan akan indah pada waktu-Nya. Dan
ketika berada diatas tetaplah menjadi orang yang rendah hati.