Senin, 01 Juli 2013

Mengapa Kasus Korupsi Sulit Diberantas di Indonesia


Seandainya saja orang Indonesia itu jujur pasti negara kita akan makmur… Misalnya anda ingin masuk ke salah satu sekolah favorit yang ada di kota anda akan tetapi anda tidak masuk maka terkadang kita akan melakukan suap kepada salah satu guru atau bahkan kepala sekolah agar dapat bersekolah di sana. Kemudian pejabat ketika masih dalam masa kampanye mereka mengeluarkan uang yang tidak sedikit kemudian anda di kasih uang agar memilih dia, ketika telah menang anda tidak bisa menuntut orang tersebut, karena suara anda sebenarnya tidak murni, sebab uang tadi telah membeli suara anda. Sehingga ketika jadi pejabat maka dia akan berusaha untuk mengembalikan uang tersebut. Seandainya itu dapat kita hindari maka negara kita akan baik-baik saja.

Korupsi memang menjadi momok bagi semua aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak hanya aspek ekonomi melainkan aspek politis pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan lainnya. Yang paling parah adalah dengan maraknya budaya korupsi moral dan akhlak suatu bangsa bisa sangat rusak karena hal tersebut sama halnya dengan mengisap darah kaum miskin dan rakyat pada umumnya. Oleh karenanya kenapa kita semua menginginkan praktek korupsi bisa diberantas habis sampai ke akar-akarnya dari bumi pertiwi yang tercinta ini. Namun sejauh ini kenapa upaya pemberantasan korupsi sangat sulit dicapai, pasti selalu ada saja pihak yang merasa dirugikan dengan adanya upaya pemberantasan korupsi, siapa mereka tentunya mereka adalah pihak-pihak yang selama ini diuntungkan oleh praktek korupsi.

Korupsi di indonesia bagaikan lingkaran jahat yang punya benteng pertahanan sangat kuat, masing masing individu didalamnya berhubungan erat satu sama lain jadi, segala kemungkinan untuk terbongkarnya korupsi selalu di tutupi oleh mereka yang notabene adalah aparat penegak hukum dan pejabat negara. Walaupun nantinya ada yang ketahuan, paling paling hanya pejabat kecil yang jadi kambing hitam.

Contoh yg paling hangat adalah mengapa aparat penegak hukum negara tidak mau mengusut siapa yg menyuap gayus tambunan uang sampai milyaran yg merugikan negara. Hukuman yang di berikan kepada gayus juga hanya 7 tahun dan sangat tidak sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan dan meskipun dia di penjara tiap minggu masih bisa pulang kerumah ataupun pelesiran ke luar negeri.

Gayus sengaja di hukum seringan mungkin supaya tidak bernyanyi dan menyeret pejabat yang memiliki sangkut paut dengan kasus korupsi itu.  entah sampai kapan sandiwara seperti ini terus mereka lakukan. Semakin lama dilakukan semakin cepat kehancuran negara ini.

Yang lebih menyakitkan bagi rakyat kecil tentunya ketika ada seorang pencuri semangka diberi hukuman berat bertahun-tahun di penjara, sementara para koruptor yang mencuri uang rakyat milyaran rupiah bebas berkeliaran. Di Indonesia banyak berdiri pengadilan, tapi mencari keadilan seperti mencari jarum yang terjatuh ke sungai.

Rata-rata kasus-kasus korupsi di Indonesia tidak berakhir pada penyelesaian keputusan yang adil bagi hati nurani rakyat Indonesia. Kasusnya berlarut-larut dan menghilang begitu saja. Kalaupun sampai pada keputusan hakim peradilan, hukumannya tidak memberi keadilan bagi hati rakyat Indonesia, yang berkali-kali dicuri uangnya oleh para koruptor.

Dunia yang semakin materialistis juga mendorong perilaku ingin cepat kaya instan dan malas bekerja keras. Cara yang paling gampang adalah memanfaatkan kedudukan dan jabatan untuk memperkaya diri sendiri. Orang dengan kekayaan akan dipandang sebagai orang yang sukses dan dihormati terlepas dari mana kekayaan tersebut didapat. Orang berlomba untuk mendapatkan kekayaan agar bisa memperoleh kehormatan dan kekuasaan.

Jika dilihat para pejabat dan penguasa yang terliaht lebih kaya dari seharusnya sebagian justru terlhat sederhana. Mereka "mungkin" melakukan korupsi dan penyalahgunaan jabatannya untuk mendapatkan kekayaan yang tidak wajar. Akan tetapi kekayaan tersebut bukan untuk diri mereka sendiri. Akan tetapi untuk keluarga, istri dan anak-anaknya. Sedangkan diri mereka sendiri mungkin termasuk orang dengan pola hidup yang sederhana. akan tetapi karena lingkungna mereka yang sangat menghargai kehidupan yang meterialistis, mau tidak mau mereka juga ikut dalam arus tersebut. Paling tidak istri dan anak-anaknya masuk dalam pergaulan yang sangat menghargai meterialisme. Karena itu sangat komplek sekali jika kita ingin memberantas korupsi. Memang tidak semudah seperti membalikkan sepotong ikan di piring. Karena semua lapisan masyarakat ikut terlibat dan sistem yang ada juga mendukung praktek yang korup ini.

Sebaiknya pemerintah lebih serius dalam menanggulagi masalah korupsi ini, karena masalah ini sungguh merugikan masyarakat terutamanya dalam pembangunan dan ekonomi. Dan bagi para pejabat-pejabat sebaiknya menahan diri untuk mengambil hak milik orang lain. Sebab, jika kita mengambil hak milik orang lain, kita tak ada bedanya dengan orang yang tak punya apa-apa.

Saya hanya bisa berharap pemimpin kita, baik itu staff instansi, siapa sajalah yang melakukan tindakan tersebut supaya sadar, percuma makan enak kalau uangnya pakai uang rakyat selamanya tak akan berkah. Ya mungkin di dunia dia merasakan kesenangan yang amat sangat menyenangkan tapi kita kan tak tau nanti dialam yang bebeda apa kesenangan itu masih bisa didapatkan atau sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar