Ketika
liburan semester kelas 1 SMA, ibuku mengajak liburan ke Dieng. Ibuku sedang
tugas disana dan aku diajak untuk ikut kesana. Ya sekalian liburan dan
menikmati sejuknya Dataran Tinggi Dieng. Dieng adalah kawasan dataran tinggi di
Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.
Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Kami
kesana naik pesawat bersama beberapa teman kantor ibuku. Kemudian setiba di
bandara kami naik mobil menuju hotel di kawasan Dieng. Hari pertama cukup bete
karena saya hanya sendirian saja di kamar, sedangkan ibu saya sedang bekerja. Nonton
TV, makan, tidur itulah keseharian saya selama 2 hari disana. Suasana disini
sangat sejuk seperti puncak, beda sekali dengan Jakarta yang penuh polusi. Kemudian
malam harinya saya diajak untuk menikmati makanan ciri khas Dieng yaitu mie
ongklok, sate sapi, tempe kemul dan lekok atau geblek. Makanan khas ini
dijajakan di restoran dan di warung angkringan pinggir jalan.
Mi
ongklok yang mirip dengan mie ayam dengan tampilan dan ciri khas rasa berbeda.
Racikan dan komposisi dari bahan-bahan yang mudah didapatkan, seperti mie
kuning ( mie telur ), daun bawang, dan kol yang disiram dengan kuah coklat
kental. Kuah ini terbuat dari campuran bawang putih, bawang merah, ebi dan
tepung tapioka. Untuk bahan tambahan tinggal ditambah sambal kacang dan taburan
bawang goreng.
Menikmati
mie ongklok di siang hari yang panas sepertinya tidak begitu menimbulkan
sensasi berarti. Namun jika menikmati mie ongklok di malam hari di mana udara
kota Wonosobo sangat dingin, sensasi ngebul mie ongklok ini bakal melenakan
lidah untuk terus minta nambah seporsi mie ongklok lagi.
Bukan
itu saja keistimewaan mie ongklok yang merupakan makanan ciri khas Kota
Wonosobo. Di sini kami dapat mencicipi menu pendamping yaitu sate sapi. Paduan
menyantap mie ongklok dan sate sapi yang bertekstur serba manis, pasti lidah akan
bergoyang.
Menyantap
mie ongklok akan bertambah nikmat bila Anda juga mencocol tempe kemul (tempe
berselimut) yang bahannya tempe dibaluri tepung lalu digoreng dengan bumbu
kunyit dan daun bawang. Sedangkan lekok atau geblek terbuat dari tepung tapioka
yang digoreng. Semuanya ada di Wonosobo dan sebagai pengusir hawa dingin, Anda
dapat memesan wedang jahe…yang di Solo atau Jogja ada di warung angkringan atau
disebut warung hik.
Kemudian
setelah puas menyantap makanan khas Dieng kami kembali ke hotel dan tidur
karena esok harinya kami akan melaksanakan jadwal yang sangat padat yaitu
wisata ke tempat bersejarah di Dieng.
Tempat-tempat
yang kami kunjungi yaitu:
1. Candi-candi
Hindu
Berdasarkan temuan Prasasti Situs Dieng
diperkirakan dibangun abad VII – XIII Masehi. Sebagai kebaktian kepada Dewa
Syiwa dan Sakti Syiwa ( istri Syiwa ). Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng
dibagi menjadi 5 kelompok. Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site (
tempat pemujaan ) yaitu:
-
Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
-
Kelompok Candi Gatut Kaca
-
Kelompok Candi Bhima
-
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
- Kelompok Candi Magersari
Dan kelompok kelima adalah bangunan tempat
tinggal Setlement Site.
2. Dieng
Plateu Theatre
Pusat
Interpretasi potensi alam dan budaya kawasan Dataran Tinggi Dieng yang di beri
nama Dieng Plateu Theatre (DPT) dibangun atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah H.
Mardiyanto diharapkan wahana wisata tersebut dapat menjadi magnit yang kuat
untuk mengembangkan pariwisata di Propinsi Jawa Tengah. Dieng Plateu Theatre
sebagai sarana edukasil, cultural pengenalan potensi wisata serta hiburan,
dilengkapi dengan seperangkat peralatan audio visual (film) dan tempat duduk
pengunjung berkapasitas seratus buah kursi. Terletak dilereng Bukit Sikendil di
atas Taman Wisata Alam Telaga Warna Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten
Wonosobo.
3. Telaga
Warna, Telaga Pangilon dan Gua Semar
Dinamakan
Telaga Warna karena telaga itu memantulkan aneka warna dan disampingnya
terdapat Telaga Pangilon yang berkilau seperti kaca cermin. Gua Semar memiliki
panjang kira – kira 4 meter dengan dinding batu dan biasa digunakan untuk
meditasi. Disamping itu juga terdapat sumber air kesucian yang disebut : “Tirta
Prawitasari”. Terdapat pula gua Pengantin.
4. Sendang
Surodilogo
Menurut
cerita keberadaan sendang ini, bermula dari tongkat Ki Joko Suro, prajurit
Pangeran Diponegoro yang sedang bersembunyi dari serangan Belanda. Karena
kesulitan mencari air, Ki Joko Suro menancapkan tongkat ke tanah lalu
tersemburlah air yang datang untuk mandi pada setiap malam 1 suro. Karena
diyakini dapat membuat seseorang merasa muda kembali. Lokasi sendang ini
terletak didesa Pagerrejo berdekatan dengan Agro Wisata kebun the Bedakah
5. Tuk
Bimalukar
Merupakan
sebuah mata air dengan pancuran yang terbuat dari batu Purba. Nama Bhimalukar
dimaksudkan dimana ditempat ini sang mata air sungai Serayu ini diyakini
sebagai air awet muda.
6. Kawah
Sikidang
Kawah
ini bertabiat seperti anak kijang yang suka berjingkrak-jingkrak dan
berputar-putar serta berpindah-pindah.
7. Sumber
Panas Bumi Dieng
Sumber
Panas Bumi Dieng ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi tertanggal 20
Agustus 1974 sebagai wilayah kerja VI Panas Bumi bagi Pertamina. Meliputi areal
seluas 107.351.9995 Ha, berdasar hasil sumur diperkirakan berpotensi sekitar
2000 Mega Watt Listrik.
8. Gardu
Pandang Tieng
Sebelum
sampai di Dataran Tinggi Dieng, sejenak kita dapat melepas lelah di Gardu
Pandang Tieng, dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut, dari atas gardu
pandang dapat menikmati pemandangan yang sangat indah, dan dipagi hari dapat
pula melihat matahari terbit dengan cahaya keemasan atau dengan istilah “Golden
Sun Rise” di pagi hari dan perjalanan dapat dilanjutkan menuju Dataran Tinggi
Dieng untuk menyaksikan terbitnya matahari yang kedua dengan cahaya yang
keperak-perakan (Silver Sunrise)
Demikian
kisah liburan singkatku di Dieng, ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar